Sumber; pribadi
Manusia
dilahirkan di dunia dengan membawa macam-macam anugerah dari Tuhan, di
antaranya uyeng-uyeng. Manusia lahir dengan membawa uyeng-uyengnya
masing-masing. Sebuah tanda di kepala jika diperhatikan lebih seksama
mirip-mirip lambang Konohagakure tanpa cucuk yang mengarah ke bawah itu.
Seantero Ngampel Sari, sepengetahuan saya, paling banyak uyeng-uyengnya adalah saya. Bahkan, sejauh saya hidup, orang-orang yang saya temui tidak ada uyeng-uyengnya yang lebih banyak dari saya. Entah jika ternyata ada yang lebih banyak. Ketidak tahuan saya karena saya tidak mencari tahu dan mereka tidak memberi tahu. Karena setelah manusia menginjak dewasa biasanya uyeng-uyeng tidak terlalu diperhatikan.
Total, uyeng-uyeng saya ada empat. Semuanya tumbuh di kepala bagian atas. Tiga langsung bisa dilihat dari atas, sedang yang satu harus dibiyak-biyak dulu untuk memandangnya.
Ketika kecil, banyak sekali orang-orang itu penasaran ingin melihat uyeng-uyeng saya. "Jajal, sul. Jare uyung-uyenge ki papat. Temenan opo ora," jadilah kepala elus-elus dan rambutnya dibiyak-biyak untuk melihat uyeng-uyeng. Yang menonton merubung pun banyak. Kejadian macam ini sangat sering dan entah berapa puluh kali. Orang-orang dari berbagai usia sama saja. Bahkan, orang yang sudah pernah melihat dan mengetahui pun masih penasaran. Besok-besoknyamelihat lagi.
Jaman itu selain saya, uyeng-uyeng yang jarang terjadi adalah kakak sepupu saya. Dia uyeng-uyengnya satu tumbuh di kepala bagian depan. Lainnya hampir merata, kalau tidak satu ya dua. Yang uyeng-uyengnya satu katanya anaknya kalem, penurut. Sedang anak-anak yang uyeng-uyengnya dua anaknya mbeler, tambeng. Entahlah, sudah ada yang membuktikan secara ilmiah atau belum.
Sekarang, uyeng-uyeng itu masih utuh di kepala saya. Dulu saya sempat memiliki fikiran kalau sudah besar uyeng-uyeng akan hilang dengan sendirinya.
Wallau a'lam
Kendal, 10/04/2020
Seantero Ngampel Sari, sepengetahuan saya, paling banyak uyeng-uyengnya adalah saya. Bahkan, sejauh saya hidup, orang-orang yang saya temui tidak ada uyeng-uyengnya yang lebih banyak dari saya. Entah jika ternyata ada yang lebih banyak. Ketidak tahuan saya karena saya tidak mencari tahu dan mereka tidak memberi tahu. Karena setelah manusia menginjak dewasa biasanya uyeng-uyeng tidak terlalu diperhatikan.
Total, uyeng-uyeng saya ada empat. Semuanya tumbuh di kepala bagian atas. Tiga langsung bisa dilihat dari atas, sedang yang satu harus dibiyak-biyak dulu untuk memandangnya.
Ketika kecil, banyak sekali orang-orang itu penasaran ingin melihat uyeng-uyeng saya. "Jajal, sul. Jare uyung-uyenge ki papat. Temenan opo ora," jadilah kepala elus-elus dan rambutnya dibiyak-biyak untuk melihat uyeng-uyeng. Yang menonton merubung pun banyak. Kejadian macam ini sangat sering dan entah berapa puluh kali. Orang-orang dari berbagai usia sama saja. Bahkan, orang yang sudah pernah melihat dan mengetahui pun masih penasaran. Besok-besoknyamelihat lagi.
Jaman itu selain saya, uyeng-uyeng yang jarang terjadi adalah kakak sepupu saya. Dia uyeng-uyengnya satu tumbuh di kepala bagian depan. Lainnya hampir merata, kalau tidak satu ya dua. Yang uyeng-uyengnya satu katanya anaknya kalem, penurut. Sedang anak-anak yang uyeng-uyengnya dua anaknya mbeler, tambeng. Entahlah, sudah ada yang membuktikan secara ilmiah atau belum.
Sekarang, uyeng-uyeng itu masih utuh di kepala saya. Dulu saya sempat memiliki fikiran kalau sudah besar uyeng-uyeng akan hilang dengan sendirinya.
Wallau a'lam
Kendal, 10/04/2020
Sebelumnya saya pos di fb
Komentar
Posting Komentar