Langsung ke konten utama

#3 Washoya al-Aba' li al-Abna' karya KH. Bisri Musthofa

 Sumber; Pribadi

Judul: Washoya al-Aba' li al-Abna'
Pengarang: KH. Bisri Musthofa
Penerbit: Menara Kudus
Cetakan:-
Tebal: 46 Halaman
Dalam dunia pesantren pengajaran akhlaq sangat ditekankan karena akhlaq sebagai pondasi pelajar dalam bersikap dan berperilaku selama ia menuntut ilmu. Bahkan ada sebuah ungkapan bahwa akhlaq lebih utama dari ilmu, namun bukan berarti meniadakan ilmu itu sendiri. Karena yang paling utama adalah antara akhlaq dan ilmu harus berdampingan. Akhlaq biasanya mulai diajarkan di kelas-kelas paling dasar, karena akhlaq kelak sebagai bekal dalam menuntut ilmu bagi seorang pelajar.
Akhlaq, adab, tata krama, budi pekerti, etika, atau penyebutan yang lainnya adalah suatu cabang dari filsafat yang membahas tentang perilaku manusia secara individu dilihat dari baik-buruknya. Jika perilaku manusia secara masal atau banyak disebut dengan politik. Dalam khasanah pesantren sangat banyak kitab-kitab yang membahas tentang akhlaq, mulai dari kitab tipis yang berbentuk risalah sampai yang tebal. Di dalam pesantren kitab-kitab akhlaq terkenal yang sering digunakan sebagi pembelajaran di antaranya Ngudi Susilo, Alala, Taisirul Kholaq, Washoya berbahasa arab, Akhlaq li Al-Banain, dan masih banyak lagi. Di antaranya adalah kitab risalah dengan judul Washoya al-Abna' li al-Abna' karya KH. Bisri Musthofa Rembang. Kitab ini kalah populer dengan karya beliau tentang akhlaq yang satunya, yaitu Ngudi Susilo yang berbentuk nadhom itu yang sering digunakan di madrasah-madrasah diniyah kelas satu.
Kitab kecil ini langsung masuk pada materi dan tidak didahului dengan muqodimah atau sambutan dari ulama lain seperti umumnya penulisan sebuah kitab sehingga tidak diketahui tujuan penyusunan kitab dan kapan kitab ini ditulis. Berbeda dengan Ngudi Susilo yang walaupun tidak dimulai dengan pendahuluan namun di dalam bait nomer dua sampai empat menerangkan tujuan penulisan kitab.
Kitab ini disusun menggunakan aksara pegon berbahasa jawa. Gaya bahasa yang digunakan seperti sebuah narasi cerita dan jika melihat pemilihan kata maka kitab ini memang diperuntukkan bagi pelajar tingkat dasar. Saat membaca kitab ini seolah-olah kita yang mengalami cerita-cerita di dalamnya karena kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama, baru pada halaman tiga puluh sampai empat puluh dua kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga. Pada bab yang terakhir yaitu tentang cita-cita kembali kata kanti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama.
Pembahasan di dalamnya berkaitan tentang bagaimana cara kita berperilaku baik yang berhubungan dengan diri kita sendiri, keluarga, lingkungan, dan sekolah. Adapun pembahasan yang tercakup di dalamnya yaitu ibu, bapak, saudaraku, orang fakir dan miskin, kebersihan, wajah, kuku, pakaian, sepatu-sandal-bakiak, kaos kaki dan sapu tangan, sekolah madrasah, berangkat ke sekolah, ketika berada di dalam pembelajaran, berkunjung ke rumah om, kebiasaan yang buruk, waktu libur, ibu sakit, anak yang cuwawak, adab meminta, menyiksa kucing, menabung, anak nakal, dan cita-cita. Kemudian ditutup dengan kalimat singkat dari penulis, "Sampai sini saya cukupkan risalah bacaan tersebut, semoga bermanfaat dan berfaidah.
Jika kita telaah secara mendalam maka kitab ini mengajarkan di antaranya untuk bersyukur dan sederhana dalam hidup, untuk mencapai sebuah kesuksesan harus dilalui dengan proses panjang yang menyengsarakan. Pada halaman dua puluh delapan mengingatkan kepada kita untuk menjaga kesehatan dengan tidak sembarang memilih makanan di luar. Pada halaman tiga puluh enam mengingatkan kita agar tidak membenci hewan, karena hewan yang terkadang kita benci menjadi perantara keselamatan kita. Pada bab yang terakhir seorang pelajar harus memiliki cita-cita. Karena cita-cita adalah tujuan yang harus ia capai agar dalam menjalani kehidupan terarah.
Walaupun dalam penulisannya berbentuk prosa namun di dalamnya juga ditulis sebuah syair walaupun sedikit pada bab sedulurku dan ziarah menyang daleme pak cilik.
"Aku cilik dirumati # Deneng ibu kang gemati
Disusoni didulangi # Dicewokki disandangi
Aku tansah difikirna # Deneng bapak bengi rina
Sekolahku lan ngajiku # Diongkosi wong tuoku
Mulo aku kudu tho'at # Ring wong tuo kanti hurmat
He sedulur ayo bekti # Ring wong tuo kang gemati" 
Bagaimanapun akhlaq harus ada pada setiap diri manusia. Karena ia adalah kontrol diri bagi seseorang. Saat perilakunya hendak menjerumuskannya pada perbuatan yang tercela maka akhlaq ada sebagai mengendali. Karena senyatanya banyak orang-orang yang pandai namun tidak dihiasi dengan akhlaq maka kepandaiannya digunakan untuk menipu orang lain. Dengan akhlaq hidup menjadi indah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kitab Fasholatan; Kita dan Pelajaran Praktik Sholat

Judul: Fasholatan Pengarang: KHR. Asnawi Penysun: Minan Zuhri Arif Penulis: Rodhi Arif Penerbit: Menara Kudus Tebal Kitab:100 Halaman Cetakan Pertama: 1375 Sumber: dokumen pribadi Aku memiliki kenangan akan pelajaran praktek sholat malam selasa semasa kecil. Kukira termasuk kau juga memiliki kenangan yang sama akannya. Namun, di sini yang ingin aku ceritakan adalah segurat kisahku saja. Ya. Kenanganku. Kenanganku akannya. Kisah tentang pelajaran praktek sholat malam selasa. Waktu itu, kami menyebutnya dengan ngaji sembahyang yang dilaksanakan setiap malam selasa. Malam-malam lain untuk belajar membaca Al-Qur'an. Untuk malam jum'at libur dan biasanya diisi pembacaan kitab Maulid Berjanji di masjid dan musholla-musholla. Di dalam belajar sholat aku masih ingat betul, bacaan-bacaan yang ada di dalam sholat aku peroleh dari sebuah kitab kecil bersampul hijau tentang tuntunan sholat dan bacaan-bacaan di dalam sholat beserta artinya dengan judul Fasholatan . ...

#4 Badiu al-Hikayah-Kyai Zubaidi Hasbullah

Sumber; Pribadi Judul: Badi al-Hikayaah Pengarang: Zubaidi Hasbullah Penerbit: al-Munawwar Semarang Tebal: 98 Halaman Cetakan: 1967M/1387H Cerita adalah salah satu metode pembelajaran di dalam dunia pendidikan. Secara nalurian dan alam bawah sadar manusia senang mendengar cerita, apalagi bagi mereka anak-anak. Anak yang di dalam keluarganya dibesarkan dengan buaian cerita menjelang tidurnya atau sering diceritakan kisah-kisah oleh anggota keluarganya akan sangat membekas baginya di kemudian kelak. Hampir setiap peradaban memiliki tradisi bercerita, baik lisan maupun tulisan. Hal ini karena cerita merupakan refleksi dari kejadian-kejadian nyata yang dapat diambil pelajaran dan hikmah darinya. Pun demikian di dalam dunia Islam. Dunia Islam sangat erat dengan cerita-cerita. Hal ini dapat dilihat di dalam al-Qur’an sendiri sebagai sumber rujukan pertama agama islam yang banyak sekali memuat cerita-cerita. Di antara cerita yang dimaksud adalah cerita-cerita nabi terdahu...