Sumber; pribadi
Malam
tadi adalah malam nisfu sya'ban. Di seantero negeri, di kampung-kampung
biasanya diadakan pembacaan surat Yasin tiga kali di langgar, masjid,
pondok, dan majlis ta'lim. Semenjak memasuki awal bulan biasanya
guru-guru ngaji kita sudah memberikan pemahaman bahwa bulan Sya'ban,
yang dalam penanggalan Jawa disebut dengan sasi Ruwah memikiki
keistimewaan tersendiri. Kita diminta untuk memperbanyak
ibadah di bulan ini. Dalam gambar ada 3 kitab yang mengulas tentang
keistimewaan bulan Sya'ban. Dua kitab tentang khutbah jemuah, satunya
kitab feqih yang namun ada satu bab khusus tentang keistemewaan bulan
Sya'ban.
Pada bulan ini biasanya di langgar-langgar dan masjid-masjid pujiannya berupa, "Allaumma barik lana, fi rojaba wa Sya'bana wa Balighna Romadhona". Diulang-ulang dampai imam jama'ah rawuh.
Hm, oh iya. Saya sedang tidak ingin membicarakan sisi ibadahnya. Namun, tradisi yang melingkupi bulam Sya'ban, khususnya Nisfu Sya'ban yang pernah saya alami dan ingat.
Saat kecil, di rumah saya tidak terlalu ingat. Seingatku jaburan yang melingkupinya adalah jajanan-jajanan model lama; pasung, apem, dan lupa saya. Untuk nasi biasanya diwadahi model takir dengan isi kluban, telur dadar, gereh. Buahnya pisang paling. Itu seingatku lho.
Sedang jika di Kebonharjo, satu KK dimintai membawa nasi lima porsi dengan lauk kluban, tekur dadar, gereh yang diwadahi daun pisang model anggi. Di internet daftar wadah dari daun pisang tidak memasukkan anggi. Entah, nampaknya ini bahasa lokal. Anggi itu mirip dengan gokong kalau di tempat saya, namun dibitingi. Golong kalau di internet disebut dengan pinjung.
Namun, iya namun. Sekarang jajanan macam itu sangat jarang ditemui di acara-acara demikian. Banyaknya jajanan modern semua. Jajanan-jajanan toko itu. Jika nasi pun, lauknya beragam dan wadahnya juga macem-macem, ada besek kertas, ceting, tepak plastik, bungkus kertas, dan entah apalagi.
Wallahu a'lam
Kendal, 09/04/2020
Pada bulan ini biasanya di langgar-langgar dan masjid-masjid pujiannya berupa, "Allaumma barik lana, fi rojaba wa Sya'bana wa Balighna Romadhona". Diulang-ulang dampai imam jama'ah rawuh.
Hm, oh iya. Saya sedang tidak ingin membicarakan sisi ibadahnya. Namun, tradisi yang melingkupi bulam Sya'ban, khususnya Nisfu Sya'ban yang pernah saya alami dan ingat.
Saat kecil, di rumah saya tidak terlalu ingat. Seingatku jaburan yang melingkupinya adalah jajanan-jajanan model lama; pasung, apem, dan lupa saya. Untuk nasi biasanya diwadahi model takir dengan isi kluban, telur dadar, gereh. Buahnya pisang paling. Itu seingatku lho.
Sedang jika di Kebonharjo, satu KK dimintai membawa nasi lima porsi dengan lauk kluban, tekur dadar, gereh yang diwadahi daun pisang model anggi. Di internet daftar wadah dari daun pisang tidak memasukkan anggi. Entah, nampaknya ini bahasa lokal. Anggi itu mirip dengan gokong kalau di tempat saya, namun dibitingi. Golong kalau di internet disebut dengan pinjung.
Namun, iya namun. Sekarang jajanan macam itu sangat jarang ditemui di acara-acara demikian. Banyaknya jajanan modern semua. Jajanan-jajanan toko itu. Jika nasi pun, lauknya beragam dan wadahnya juga macem-macem, ada besek kertas, ceting, tepak plastik, bungkus kertas, dan entah apalagi.
Wallahu a'lam
Kendal, 09/04/2020
Sebelumnya saya pos di fb
Komentar
Posting Komentar