Dulu,
jaman embah-embah masih nginang, masuknya bulan Ramadhan adalah saat yang
ditunggu-tunggu setiap orang. Tak terkecuali anak-anak, termasuk
saya pastinya. Walaupun saya kecil berparas menggemaskan, membikin nyaman saat
ditatap, saya termasuk anak yang ugal-ugalan dan liar.
Awal
puasa, bagi
laki-laki setiap usia, kecil, muda, dewasa, bahkan tua mulai berlomba-lomba
membikin dan mengumpulkan mercon.
Jaman itu
belum ada pelarangan obat mercon dan jenis-jenis mercon masih
sangat menyenangkan. Di
pasar-pasar pedagang musiman sangat menjamur bak laron
di musim penghujan.
Seingatku, harga obat mercon setengah on 2.500. Biasanya untuk membelinya saya
ngepit ke Pojok Sari, lapaknya di belakang MI Muhamadiyah itu, tepi sawah. Atau
ngepit ke warung Nglaban (sebenarnya ikutnya Kangkung)
Bagi yang
tidak bisa membikin sendiri jangan kuatir, ada tukang-tukang membikin mercon
musiman di tetangga-tetangga. Bayarnya dengan buku sebagai bahan bakunya.
Membikin mercon dengan bahan baku buku sepuluh pembayarannya juga sepuluh. Dua
puluh ya dua puluh. Tiga puluh ya tiga puluh. Namun itu tanpa isi, jadi kamu
harus ngisi obatnya sendiri. Ada juga yang diisi obat, namun buku sepuluh hanya
jadi satu mercon. Rugi.
Ini salah satu momen paling menyenangkan, saat nyulut mercon. Saat uceng dinyalakan orang-orang itu akan tutup telinga, sedikit saja yang tidak. Perlahan, perlahan. Sebelum meledak percikan api mancur ke atas, dan... duwwwerrr. Mengepul asap yang langsung dikrumuni anak-anak. Aroma mercon yang sangat khas.
Maka,
saat kau memasuki kampung-kampung, jalan-jalan dan pelataran rumah-rumah akan
sangat ngeres dengan serpihan kertas bekas ledakan mercon. Indah sekali. Karena
terbiasa dengar bunyi
ledakan, membikin kami tidak kagetan. Termasuk saat disuapi
janji-janji palsu.
Saat itu anak laki-laki dianggap lelaki sejati jika berani nanting mercon
lombok. Mercon tanting yang setelah uceng atau sumbunya dinyalakan hanya butuh
waktu 1 detik untuk meledak. Biasanya bermerek Tank atau Jet. Jika orang tuamu
tahu akan mewanti-wanti setengah mengancam, “awas nak kejebrotan. Ora uman
bodo.”
Saat itu yang masyhur selain mercon lombok adalah mercon sreng tor. Mercon
itu meledak dengan cara terbang terlebih dahulu kemudian meledak di langit.
Itulah kenapa disebut sreng tor, karena saat terbang bunyi sreeeng dan tor
meledak di atas. Mercon ini bermerek Leo. Merekan mercon yang sangat terkenal
waktu itu di seluruh Jawa. Mercon ini bisa di beli di mana-mana pasar. Hampir
setiap penjual mercon menjualnya. Atau saat ada tukang rongsok kau bisa
menukarnya dengan barang-barang bekas yang tidak terpakai, yang bernilai
enkonomis bagi tukang rongsok pastinya.
Untuk yang agak belakangan ada mercon rek, logo di belakangnya yang bagus
bertulis “BP”, seingatku. Penyebutan ini karena cara menyalakan macam korek
api. Nunggu beberapa saat baru meledak. Biasanya diberi bandulan tanah liat
kemudian dilemparkan di kali, boom, ada nyala api di dalam air yang disusul
gelembung dan asap.
Terakhir, mercon yang agak ekonomis adalah mercon bumbung dari bambu. Yang bagus
dari bampu peting yang berukuran besar itu. Cara kerjanya mirip meriam. Diisi liyun
atau karbit plus air. Saat itu satu botol kecap liyun seharga 300 rupiyah.
Komentar
Posting Komentar