Langsung ke konten utama

Bu Zaroh







Beberapa hari ini fikiran nampak kurang nyaman, ada yang mengganjal, nggersah, kefikiran sesuatu. Ada satu nama yang seperti selalu terngiang: Bu Zaroh. Ya, Bu Zaroh. Beliau adalah guru saya sewaktu kelas satu dan dua di MI Sendangdawung medio 1998-1999. Seorang guru dengan perantaranya saya bisa baca-tulis Latin.

Beliau yang saya kenal adalah seorang guru senior yang sangat disegani. Saat beliau masuk dipastikan ruang kelas seketika ceep, anteng. Saat ada PR, sesiapapun kalau-kalau tidak menggarap pasti ketakutan. Beliau sangat awas jika ada murid yang PR-nya digarapkan salah seorang keluarganya. Kurang lebih, "Besok-besok lagi kalau mbak yu kamu yang masih menggarapkan PR suruh dia kesini. Ikut pelajaran di kelas.

Saya masih ingat betul, setelah bel bertalu dan murid-murid masuk kelas pasti dari kami ada yang mengontrol pintu. Tujuannya sudah pasti, jaga-jaga kalau-kalau beliau rawuh. "Bu, Zaroh rawuh. Bu Zaroh Rawuh. Bu Zaroh rawhu." Grudug-grudug-grudug. Anten seketika dengan tangan sedeku di atas meja.

Ada juga saat-saat tertentu ketika kelas masih dirasa kotor beliau langsung menginstruksikan untuk mengambil sampah di bawah meja masing-masing yang kemudian di buang ke tempat sampah di depan kelas.

Dan, masih banyak lagi sebenarnya.

Akhirnya, pagi tadi, pukul setengah sembilan, kamis 27 Februari 2020 saya putuskan untuk sowan ke ndalem beliau. Sowan pertama semenjak 20 tahun terakhir. Sungguh naif benar diri ini. Benar-benar tak tahu dihuntung, dan mendekati kurang ajar sebagai seorang murid. Guru yang mengajari saya baca-tulis yang setelahnya sama sekali tidak saya kunjungi. Sebenarnya hari raya kemarin ada rencana hendak sowan ke rumah beliau. Saya sempat menanyakan salah seorang menantu yang tetangga. "Bu Zaroh sehat mboten," tanya saya waktu itu. "Alhamdulillah, sehat. Dolan rono ra." Namun, karena menuruti berkunjung dari satu tempat ke tempat lainnya yang tidak ada habisnya rencana berkunjung ke rumah beliau tenggelam.

Di sana kami membicarakan banyak hal, mulai dari kenangan di Sebeo pastinya, kenangan beliau selama mengajar di banyak tempat, keluarga, kegiatan, dan lain sebagainya. Sungguh, waktu yang hampir satu jam itu nampak tidak terasa. Sebenarnya saya ingin berlama-lama, namun kurang bijak nampaknya. Semoga suatu saat bisa berkunjung kembali.

Dari cerita beliau akhirnya saya ketahui, ternyata beliau asli Salatiga, tepatnya Kauman. Saya coba menebak dengan masjid yang dekat alun-alun itu ternyata bukan. Nampaknya masjid yang dekat dengan MAN Salatiga. Karena menurut beberapa sumber rumah beliau dekat dengan PGA, Pendidikan Guru Agama Salatiga. PGA adalah cikal bakal MAN Salatiga. Di PGA tersebutlah beliau bertemu dan berkenalan dengan suami, pak Mad yang orang Wonokerto, Sendang Dawung, Kangkung itu. Setelah menikah tidak langsung pindah ke Kendal karena beliau masih terikat pekerjaan di sana. Baru beberapa saat kemudian beliau pindah ke Kendal, dan ini sampai sekarang.

Setelah di Kendal beliau tidak langsung di MI Sebeo, seingat saya pernah di SD 1 dan 2 Sendangkulon, SD 1 dan 2 Sendangdawung, dan beberapa sekolah dasar lagi yang saya lupa. Baru tahun 1986 beliau mengajar di sebeo sampai 1999. Jadi beliau mengajar selama 13 tahun di Sebeo. Tahun 1986 adalah itung-itungan saya. Beliau ngendikan bahwa di Sebeo selama 13 tahun, sedang beliau minta pindah dari Sebeo tahun 1999. Wallahu a'lam.

Beliau bercerita, bahwa kelas satu angkatan saya dulu adalah kelas yang paling anteng dan menjadi harapan beliau. Maka dari itulah, beliau berniat mengajar kelas kami sampai kelas 6. Namun, apa daya, belum genap di kelas 2 beliau sudah pindah. Ya, jujur saja. Saat diajar beliau memang benar-benar ada perbedaan. Insya Allah, itulah yang terbaik.

Selama mengajar di Sebeo beliau biasa diantar jemput suami atau anak-anak beliau. Namun, saat musim hujan tiba di mana jalan dari cangkring sampai Sebeo itu berlumpur beliau akan jalan kaki. Kalian tahu sendirilah. Tahun itu jalan masih tanah biasa. Beliau mengenang sampai-sampai kaki benar-benar ambles. Serba susah. Dan, itu dibela-belakan sampai sebeo. Kurang lebih jaraknya 2 kilonan.

Setelah dari MI Sebeo seingat saya beliau ngajar di MI Kadilangu selama 3 tahun. Selepas dari sana ngajar di MIN Bugangin, Kendal sampai pensiun tahun 2012. MI yang satu kawasan dengan MAN Kendal Harapan Bangsa itu lho.

Saya ketahui beliau ngajar di MI Bugangin karena ada salah seorang kawan yang mengetahui saya di MAN menanyakan tentang bu Zaroh. Sesalnya saya, kenapa pas di MAN tidak pernah tilek beliau dan sebagainya.

Dan, pesanku untuk kalian. Murid-murid beliau. Murid-murid beliau di manapun kalian berada. Beliau rindu. Sempatkanlah main ke sana, pas ada waktu senggang. Jika kalian di luar kota bolehlah saat hari raya tiba. Selagi kesempatan itu masih ada

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kitab Fasholatan; Kita dan Pelajaran Praktik Sholat

Judul: Fasholatan Pengarang: KHR. Asnawi Penysun: Minan Zuhri Arif Penulis: Rodhi Arif Penerbit: Menara Kudus Tebal Kitab:100 Halaman Cetakan Pertama: 1375 Sumber: dokumen pribadi Aku memiliki kenangan akan pelajaran praktek sholat malam selasa semasa kecil. Kukira termasuk kau juga memiliki kenangan yang sama akannya. Namun, di sini yang ingin aku ceritakan adalah segurat kisahku saja. Ya. Kenanganku. Kenanganku akannya. Kisah tentang pelajaran praktek sholat malam selasa. Waktu itu, kami menyebutnya dengan ngaji sembahyang yang dilaksanakan setiap malam selasa. Malam-malam lain untuk belajar membaca Al-Qur'an. Untuk malam jum'at libur dan biasanya diisi pembacaan kitab Maulid Berjanji di masjid dan musholla-musholla. Di dalam belajar sholat aku masih ingat betul, bacaan-bacaan yang ada di dalam sholat aku peroleh dari sebuah kitab kecil bersampul hijau tentang tuntunan sholat dan bacaan-bacaan di dalam sholat beserta artinya dengan judul Fasholatan . ...

#3 Washoya al-Aba' li al-Abna' karya KH. Bisri Musthofa

 Sumber; Pribadi Judul: Washoya al-Aba' li al-Abna' Pengarang: KH. Bisri Musthofa Penerbit: Menara Kudus Cetakan:- Tebal: 46 Halaman Dalam dunia pesantren pengajaran akhlaq sangat ditekankan karena akhlaq sebagai pondasi pelajar dalam bersikap dan berperilaku selama ia menuntut ilmu. Bahkan ada sebuah ungkapan bahwa akhlaq lebih utama dari ilmu, namun bukan berarti meniadakan ilmu itu sendiri. Karena yang paling utama adalah antara akhlaq dan ilmu harus berdampingan. Akhlaq biasanya mulai diajarkan di kelas-kelas paling dasar, karena akhlaq kelak sebagai bekal dalam menuntut ilmu bagi seorang pelajar. Akhlaq , adab, tata krama, budi pekerti, etika, atau penyebutan yang lainnya adalah suatu cabang dari filsafat yang membahas tentang perilaku manusia secara individu dilihat dari baik-buruknya. Jika perilaku manusia secara masal atau banyak disebut dengan politik. Dalam khasanah pesantren sangat banyak kitab-kitab yang membahas tentang akhlaq, mulai dari kitab...

#4 Badiu al-Hikayah-Kyai Zubaidi Hasbullah

Sumber; Pribadi Judul: Badi al-Hikayaah Pengarang: Zubaidi Hasbullah Penerbit: al-Munawwar Semarang Tebal: 98 Halaman Cetakan: 1967M/1387H Cerita adalah salah satu metode pembelajaran di dalam dunia pendidikan. Secara nalurian dan alam bawah sadar manusia senang mendengar cerita, apalagi bagi mereka anak-anak. Anak yang di dalam keluarganya dibesarkan dengan buaian cerita menjelang tidurnya atau sering diceritakan kisah-kisah oleh anggota keluarganya akan sangat membekas baginya di kemudian kelak. Hampir setiap peradaban memiliki tradisi bercerita, baik lisan maupun tulisan. Hal ini karena cerita merupakan refleksi dari kejadian-kejadian nyata yang dapat diambil pelajaran dan hikmah darinya. Pun demikian di dalam dunia Islam. Dunia Islam sangat erat dengan cerita-cerita. Hal ini dapat dilihat di dalam al-Qur’an sendiri sebagai sumber rujukan pertama agama islam yang banyak sekali memuat cerita-cerita. Di antara cerita yang dimaksud adalah cerita-cerita nabi terdahu...