“Ya Rabbi Sholli ‘ala Muhammad # Ya Rabbi
Sholli ‘alaihi wa Sallim,” pembacaan yang dibuka dan dipimpin oleh
seseorang yang kemudian dijawab dengan bacaan yang sama oleh jama’ah
bersama-sama. Jika kau berada di tengah-tengah perayaan ini, kau akan merasa
kesyahduan dan ketentraman saat lantunan syair itu dibaca bersama-sama.
Di atas adalah pembacaan syair sebagai pembuka
pembacaan kitab Maulid untuk memperingati hari kelahiran Nabi.
Setiap bulan rabi’ul awal, tepatnya tanggal 1
sampai 12 di masjid-masjid, langgar-langgar, majlis ta’lim, pondok-pondok,
dan rumah-rumah serentak diadakan pembacaan kitab maulid untuk memperingati
hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kitab-kitab yang biasa dibaca adalah Barzanji, Diba’,
Burdah, dan Simtuth Durror. Di
antara keempatnya yang paling mashur dan paling banyak dibaca adalah kitab Barzanji.
Seolah-olah kitab maulud dan Barzanji itu sinonim. Ketika seseorang
mengatakan hendak muludan maka yang ada difikiran orang yang mendengar adalah pembacaan kitab Barzanji.
Bahkan sampai lulus MTs saya mengira jika kitab maulud itu
hanya Barzanji. Padahal kitab yang biasa saya bawa adalah kitab kumpulan
maulid yang biasa beredar itu. Tapi tahunya kitab maulid hanya Berzanji. Ini
terjadi karena yang saya ikuti pembacaan kitab maulid adalah hanya Berzanji saja. Barulah
setelah menetap di Patebon yang pembacaan kitab maulid itu beragam dan diganti setiap
minggunya menjadi tahu bahwa kitab maulid itu banyak
Namun, di antara keempatnya masih sangat banyak kitab-kitab maulud yang lain. Kitab-kitab yang kurang populer di Nusantara.
Kitab Maulid sendiri berisi tentang kisah hidup Nabi Muhammad. Kisah semenjak lahir sampai wafatnya. Bahkan ada yang menceritakan sebelum beliau lahir, yang biasanya bercerita tentang Nur Muhammad. Seperti kutipan di bawah ini yang saya ambilkan dari fasal satu kitab maluid Diba';
"(Tiada Tuhan Selain Allah) Maha suci Allah yang telah menciptakan nur nabinya dari nur-Nya sebelum menjadikan nabi Adam dari tanah liat. Dan memperlihatkan nur Muhammad tersebut sepada seluruh apa saja (yang berada di surga) seraya berfirman Inilah pemimpin para nabi orang yang agung dari para orang pilihan dan orang termulia dari para orang yang dicintai."
Di samping berkisah tentang perjalanan hidup kanjeng nabi, kitab-kitab maulid juga berisi pujian-pujian kepadanya. Pujian-pujian yang sangat tinggi nilai sastranya. Seperti beberapa penggal bait 1 sampai 7 dalam kitab Burdah karya imam Busyiri di bawah ini;
"~Apakah karena ingat kekasih yang berada di Dzisalam, kau cucurkan airmata bercampur darah?
~Ataukah karena angin yang bertiup dari arah Kadhimah, ataukah karena teringat cahaya kilat dalam gelap malam lembah Idhom?
~Kalau tidak mengapa kedua matamu tetap mengalir yang mestinya kau mampu menahannya. Dan kenapa hatimu tetap gundah padahal kau mampu menentramkannya
~Adakah orang yang sedang kasmaran menyangka bisa merahasiakan rasa cinta? Sedang airmatanya masih bercucuran dan hati yang masih terbakar api cinta
~ Kalau tiada rasa cinta, tentulah kau tak akan mencucurkan airmata saat teringat puing-puing rumah kekasih dan tidak akan terjaga sepenjang malam saat teringat pepohonan dan gunung-gunung di tempat kekasih
~Kenapa kau masih ingkar akan cintamu, padahal keujuran airmata, sakit-sakitan adalah menjadi saksi atas cintamu
~Rasa susah menetapkan dua garis yang terletak di kedua pipimu yang kuning pucat karena sakit dan mata merahmu yang selalu menangis mencucurkan airmata (itu adalah bukti cintamu)"
Kitab maulid umumnya ditulis dengan bentuk prosa seperti Berzanji, Diba, dan Simtuth Dhuror dan juga ditulis dengan bentuk syair seperti Burdah.
Kitab-kitab maulid juga banyak yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa atau Indonesia. Baik menggunakan aksara pegon atau latin.
Sumber; pribadi
Terjemah kitab maulid Burdah dengan aksara pegon berbahasa Jawa karya mbah KH. Bisri Musthofa Rembang.
Sumber; pribadi
Terjemah kitab maulid Barzanji karya mbah KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal dengan aksara pegon berbahasa Jawa.
Di Indonesia perayaan maulid nabi dirayakan hampir di seluruh daerah, terlepas dari mereka yang membid'ahkan. Dari masyarakat bawah sampai keraton-keraton. Di daerah tertentu ada perayaan maulid dengan ciri khasnya seperti sekaten dan Grebek Maulud di Jogjakarta dan Surakarta, kirap Ampyang di Kudus, di Kendal tepatnya di Kaliwungu ada tradisi weh-wehan. Bahkan di Istana negara peringatan maulid nabi diperingati setiap tahunnya semenjak presiden yang pertama sampai sekarang.
Tanggal 12 Rabiul Awwal adalah puncak perayaan maulid atau biasa disebut dengan khtataman. Selain tanggal tersebut pembacaan kitab maulid dilaksanakan setiap menggu sekali. Dibaca pada hari-hari biasa, seperti malam jum'at atau malam senin. Di kampung-kampung biasanya ada majelis rutinan pembacaan maulid. Ini menunjukkan bahwa di Nusantara tradisi pembacaan kitab maulid benar-benar mengakar dan mentradisi.
Dalam pembacaan maulid semoga kita tidak hanya mengikuti serangkaian seremonial acara saja. Namun harus memahami maksud bacaan dan meneladani sifat-sifat Rasul yang mulia. Sebagai bekal kita dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat kelak.
Tanggal 12 Rabiul Awwal adalah puncak perayaan maulid atau biasa disebut dengan khtataman. Selain tanggal tersebut pembacaan kitab maulid dilaksanakan setiap menggu sekali. Dibaca pada hari-hari biasa, seperti malam jum'at atau malam senin. Di kampung-kampung biasanya ada majelis rutinan pembacaan maulid. Ini menunjukkan bahwa di Nusantara tradisi pembacaan kitab maulid benar-benar mengakar dan mentradisi.
Dalam pembacaan maulid semoga kita tidak hanya mengikuti serangkaian seremonial acara saja. Namun harus memahami maksud bacaan dan meneladani sifat-sifat Rasul yang mulia. Sebagai bekal kita dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat kelak.
Komentar
Posting Komentar