Langsung ke konten utama

Persatuan dan Kesatuan Bangsa adalah Tugas Kita Sekalian

Pada tanggal  24 Oktober 2019 kemarin pesantren Al-Itqon mendapat undangan dari DPC FKPP Kabupaten Kendal untuk menghadiri acara semacam seminar di gedung Abdi Praja Setda Kabupaten Kendal. Lokasinya di belakang pendopo persis. Setiap pesantren mendapat undangan untuk dua orang perwakilan. Sebagai lurah pondok nggih saya yang berangkat beserta salah seorang sekretaris yang mewakili pesantren Al-Itqon.
Sesampainya di sana kami absen dulu sebelum masuk gedung. Setelah masuk ruangan saya sapu pandangan pada hadirin yang sudah hadir. Ini tujuannya untuk memantapkan diri dan menambah rasa percaya diri. Tapi ingat, lho ya. Tatapannya jangan ngapleki atau setengah ngajak gelut. Biasa saja. Munculkan sisi ramah dan mantap sekaligus. Eh, tapi saat itu ruangan masih sepi. Harus menunggu beberapa saat sampai ramai dan acaranya dimulai.
 
 
Sumber; Dokumen Pribadi
Perlu diketahui handai tolan sekalian, bahwa saya sedang belajar membiasakan diri duduk di depan terlebih dahulu saat ada acara yang melibatkan orang banyak. Saya berkeyakinan kebiasaan ini akan membikin percaya diri tumbuh-kembang dan sangat baik untuk kepribadian kedepannya. Cara ini juga baik diterapkan pada siapapun.
MMT di depan itu bertuliskan, "Pembinaan Organisasi Kemasyarakatan dan Tokoh Masyarakat dengan Tema Peran Pondok-Pesantren dalam Membangun Serta Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan di Kabupaten Kendal".
Setelah menunggu yang lumayan, jam 09.30 acara dimulai. Ini berdasar pada rekaman di HP saya. Karena saya merekam suara melalui HP. Maksudnya setelah rekaman saya stel ulang pada daftar rekaman, jam menunjukkan pukul tersebut. Acara dimulai dengan Pembukaan. Dilanjut menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh seluruh peserta. Kemudian sambutan oleh perwakilan dari jajaran pemerintah kabupaten Kendal yang diwakili entah saya lupa namanya dan tidak mencatat.

Sumber: Dokumen Pribadi
Ini beliau orangnya yang saya maksud. Setelah selesai sambutan acara selanjutnya adalah inti yang disampaikan oleh dua orang pemateri. Pemateri yang pertama pak Nurul Anwar selaku ketua FKPP Kabupaten Kendal. Pemateri yang kedua pak Ahmad Munif.
Pemateri yang pertama menyampaikan beberapa hal terkait peran santri di masyarakat dengan sedikit ulasan dari saya.
Yang pertama santri harus belajar ilmu agama. Ini adalah tugas suci yang harus santri tunaikan, karena pada kenyataannya santri adalah pelajar yang belajar ilmu agama di pesantren. Dan tugas itu harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh agar waktunya selama di pesntren tidak sia-sia.
Yang kedua adalah mengajarkan ilmunya. Karena ilmu yang tidak diajarkan akan mengurangi nilai kemanfaatannya. Bahkan akan mengurangi ilmu itu sendiri. Karena ilmu yang diajarkan kepada orang lain, maka ilmu tersebut akan bertambah pada diri kita. Ungkapan ini saya berkeyakinan pengaruh dari pesantrennya berasal. Kalau tidak salah beliau ini santri Al-Anwar Rembang, murid mbah Maimun Zubair. Salah seorang kawan alumni sana pernah mengatakan bahwa bagaimanapun sebisa mungkin santri Al-Anwar setelah lulus harus mengajar, entah di rumah sendiri, musholla, atau madrasah. Yang penting meluangkan waktu untuk mengajarkan ilmunya apapun profesinya.
Yang ketiga santri harus siap jika diminta oleh masyarakatnya. Seperti diminta untuk memimpin tahlil, mimpin manaqib, mimpin maulud, mengisi pengajian ibuk-ibuk, dll.
Yang keempat orang yang mengerti agama harus bergerak dan menyebarkannya. Sekarang kita lihat banyak orang yang pengetahuan agamanya masih sangat awam  tapi mereka yang paling vokal berbicara tentang agama. Bahayanya saat mereka dengan pengetahuan yang minim itu memberikan fatwa yang bukan pada tempatnya dan mudah menyalahkan orang atau kelompok lain, yang padahal lebih faham akan agama dibanding dirinya. Bahkan berani mengafirkan. Hanya bermodal satu-dua potong ayat dan hadis. Jadilah orang awam belajar agama bukan dari ahlinya yang benar-benar kompeten. Karena nyatanya setiap penceramah tidak selalu mereka yang ahli dalam agama. Jadi kamu-kamu yang paham agama harus obah, bergerak.
Yang kelima pesantren harus membuka diri dari apapun. Ini maksudnya pesantren harus membuka diri dari hal-hal di luar pesantren. Seperti ilmu pengetahuan umum dan teknologi. Tapi harus diperhatikan, yang harus didahulukan harus ilmu agama terlebih dahulu sebagai pondasi. Saat pondasi agama sudah kuat maka babatlah yang lain. Seperti misalnya menggunakan teknologi jika usianya belum saatnya malah bisa kapiran karena usianya masih labil dan mudah terpengaruh hal-hal baru yang terkadang kurang baik bagi dirinya. Saat konsep dirinya sudah matang, kontrol dirinya kuat, dan tidak mudah terpengaruh hal-hal buruk di luarnya. Maka penanaman nilai di luar pesantren yang bersifat positif dan untuk kebaikan pesantren ya diterima. Dalilnya, mempertahankan nilai lama yang baik dan menerima nilai baru yang lebih baik.
Selanjutnya diisi oleh pemateri yang kedua dengan sedikit ulasan dari saya.
Adapun hal-hal yang beliau sampaikan yang pertama semakin orang cerdas maka akan semaikn toleran. Seharusnya kata-kata ini benar, karena semakin dalam dan luas pengetahuan seseorang maka sudut pandangnya akan semakin beragam. Saat menyimpulkan sesuatu akan banyak pertimbangannya dan tidak gegabah dalam mengambil kesimpulan. Holistik dan komprehensip gitu deh pokoknya. Tapi kenyataannya, banyak lho orang-orang yang cerdasnya bukan main yang berasal dari berbagai profesi itu malah kurang toleran, bahkan tidak toleran babar-blas. Coba lihat kasus-kasus radikalisme yang banyak melibatkan orang-orang cerdas itu, seperti dokter, dosen, jurnalis, dan lain-lain. Bukankan mereka-mereka ini gudangnya ilmu dan pastinya pernah ambil mata kuliah metodologi penelitian. Tapi ya nyatanya banyak yang terpapar radikalisme. Ya, radikalisme yang di sasar adalah perasaan mereka. Jadi secerdas apapun mereka, saat emosinya candak ya otomatis kena deh. Bahkan di dunia kampus, dunia akademisi, dunianya cerdik-cendikia, radikalisme tumbuh sumbur di sana. Temuan itu bisa baca di sini. Juga di guru-guru, bisa di baca di sini, mahasiswa di sini.
Hal ini tidak terjadi di pesantren, maksudku pesantren yang berafiliasi dan berada di bawah naungan NU. Seperti tulisan dalam tulisan
Beberapa poin selanjutnya yang dibahas sejarah yang berkaitan dengan santri pada era kolonial, kemerdekaan, dan setelahnya. Karena nyatanya santri adalah bagian tak terpisahkan dari negeri ini. Dan pesantren adalah salah satu institusi pendidikan tertua di negeri ini. Santri juga diminta untuk melek sejarah bangsanya. Ini paling banyak. Hampir 20 menit dari waktu 30 menit yang diberikan.
Setelahnya bahwa tugas kyai dan santri adalah menjaga pancasila. Ini sudah pasti, karena dari awal berdirinya negara ini komitmen kaum sarungan adalah menjaga pancasila yang diperkuat dengan salah satu hasil muktamar pada tahun 1984 yang menyatakan bahwa bentuk dasar negara berupa pancasila adalah sudah final. Faham radikal juga akan sangat sulit atau bahkan mental masuk dalam intitusi pesantren. Catatan tentang ini bisa dibaca di sini, dan di sini. Jika dites, insya Allah setiap anak pesantren yang berada di bawah naungan NU pasti hafal pancasila dan lagu Indonesia Raya. Jika kamu teriakkan di depan mereka, "NKRI!" mereka pasti akan jawab, "Harga Mati!," serentak dan kompak.
Salah satu bentuk ancaman kesatuan dan persatuan adalah faham-faham yang menolak bentuk negara Indonesia yang berlandaskan pancasila. Diantara faham yang mengusung sistem khilafah. Radikalisme ini tersebar hampir di setiap lapisan masyarakat dan setiap institusi, bahkan bisa dikatakan di mana-mana. Bisa jadi salah seorang kawanmu, keluargamu, saudaramu, gurumu, muridmu juga telah terpapar faham ini.
Salah satu penyebaran dan propaganda faham ini adalah melalui media sosial. Salah satu sumber mengatakan bahwa pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta. Jumlah ini mencapai 56% dari jumlah total penduduk Indonesia. Jika melihat data tersebut, maka media sosial sangat potensial untuk menyebarkan faham-faham tertentu, termasuk radikalisme. Maka dari itu, kita harus mengawasi anak-anak kita yang usianya masih sangat laib dan hijau. Usia yang sangat mudah untuk dipengaruhi. Yang sudah dewasa saja mudah dipengarui apalagi anak-anak.
Jika kita belajar Psikologi maka kita akan menemui bab yang membahas persepsi. Persepsi salah satunya digunakan di dalam iklan-iklan produk. Sesuatu yang kita terima secara ulang-ulang, maka hal itu akan membentuk persepsi kita akan hal itu. Bahkan suatu kebohongan yang diulang-ulang kepada kita akan sampai pada satu titik di mana kita akan menganggap kebohongan itu suatu kebenaran. Maka bijaklah dalam bermedia sosial.
Sebenarnya jumlah mereka sedikit saja, namun mereka sangat militan sehingga saat kita membuka situs tentang keislaman biasanya yang ada pada urutan teratas situs milik kelompok ini. Maka, santri juga harus melek akan teknologi dan masuk dalam ranah ini agar dapat mengimbangi konten-konten keislaman yang mereka sebarkan. Dalam hal ini juga perlunya pemerintah memfasilitasi dalam pelatihannya
Sedikit catatan dari saya.
Secara garis besar pemaparan yang disampaikan oleh para pemateri baru menyentuh sedikit inti dari tema yang diangkat. Hemat penulis seharusnya yang disajikan terlebih dahulu adalah data ancaman kesatuan dan persatuan, khususnya di Kabupaten Kendal. Macam-macam ancamannya sendiri sebenarnya sangat beragam, baik dari dalam atau luar negeri, seperti masalah politik, SARA, KKN, kesenjangan sosial, makar, penggantian pemerintah, dll.
Namun untuk saat ini ancaman terbesar adalah radikalisme dan penyebaran berita bohong. 
Radikalisme, ideologi ini sangat pandai memanfaatkan momen, seprti saat PILKADA dan PILPRES kemaren. Krena bagaimanapun kita harus belajar dari negara-negara Timteng yang hancur karena kelompok ini. Seperti Libya, Syria, dan Mesir. Tujuan mereka adalah bagaimana agar negeri ini bisa direbut, karena menurut mereka dasar negara ini tidak sesuai dengan syari'at islam.
Kendal, sebagai salah satu kabupaten yang berada di pantura bisa dibilang jumlah radikalisme sedikit dan kurang bisa subur. Karena pantura adalah basis Islam tradisional yang memiliki ciri melebur dan mempertahankan tradisi setempat. Namun kita juga harus jujur bahwa beberapa kali di Kendal terjadi penangkapan terduga terorisme. Terorisme merupakan jaringan yang terorganisasi dan memiliki pendanaan yang mumpuni. Jadi bisa disimpulkan jika Kendal juga termasuk wilayah yang menjadi persinggahan mereka.
Kemudian berita bohong atau hoax. Hoax hampir menjadi konsumsi kita sehari-hari. Puncaknya saat PILKADA DKI dan PILPRES kemaren. Bahkan berita bohong ini sengaja dihembuskan kelompok tertentu untuk membikin gaduh suasana. Hal ini juga harus diperhatikan, karena sebentar lagi akan ada pemilihan bupati di kabupaten Kendal. Kita harus melawan berita bohong bersama-sama. Juga, jangan sampai hanya karena berbeda pilihan membikin kita musuhan sama tetangga, atau bahkankeluarga sendiri.
Penutup. Bahwa tugas untuk menjaga kesatuan dan persatuan adalah tugas kita bersama. Kenali ancamannya, potensi, dan pencegahannya. Saat negeri yang penuh dengan kedamaian ini terjadi kekacauan kita tidak akan bisa membayangkan bagaimana rasanya berada di tengah-tengah huru hara konflik. Bersyukurlah karena Tuhan masih mendekap negeri ini dengan kedamaian. Tugas kita sekalian adalah menjaganya. Dan ingat, bahwa semboyang negara kita adalah Bhineka Tunggal Ika.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kitab Fasholatan; Kita dan Pelajaran Praktik Sholat

Judul: Fasholatan Pengarang: KHR. Asnawi Penysun: Minan Zuhri Arif Penulis: Rodhi Arif Penerbit: Menara Kudus Tebal Kitab:100 Halaman Cetakan Pertama: 1375 Sumber: dokumen pribadi Aku memiliki kenangan akan pelajaran praktek sholat malam selasa semasa kecil. Kukira termasuk kau juga memiliki kenangan yang sama akannya. Namun, di sini yang ingin aku ceritakan adalah segurat kisahku saja. Ya. Kenanganku. Kenanganku akannya. Kisah tentang pelajaran praktek sholat malam selasa. Waktu itu, kami menyebutnya dengan ngaji sembahyang yang dilaksanakan setiap malam selasa. Malam-malam lain untuk belajar membaca Al-Qur'an. Untuk malam jum'at libur dan biasanya diisi pembacaan kitab Maulid Berjanji di masjid dan musholla-musholla. Di dalam belajar sholat aku masih ingat betul, bacaan-bacaan yang ada di dalam sholat aku peroleh dari sebuah kitab kecil bersampul hijau tentang tuntunan sholat dan bacaan-bacaan di dalam sholat beserta artinya dengan judul Fasholatan . ...

#3 Washoya al-Aba' li al-Abna' karya KH. Bisri Musthofa

 Sumber; Pribadi Judul: Washoya al-Aba' li al-Abna' Pengarang: KH. Bisri Musthofa Penerbit: Menara Kudus Cetakan:- Tebal: 46 Halaman Dalam dunia pesantren pengajaran akhlaq sangat ditekankan karena akhlaq sebagai pondasi pelajar dalam bersikap dan berperilaku selama ia menuntut ilmu. Bahkan ada sebuah ungkapan bahwa akhlaq lebih utama dari ilmu, namun bukan berarti meniadakan ilmu itu sendiri. Karena yang paling utama adalah antara akhlaq dan ilmu harus berdampingan. Akhlaq biasanya mulai diajarkan di kelas-kelas paling dasar, karena akhlaq kelak sebagai bekal dalam menuntut ilmu bagi seorang pelajar. Akhlaq , adab, tata krama, budi pekerti, etika, atau penyebutan yang lainnya adalah suatu cabang dari filsafat yang membahas tentang perilaku manusia secara individu dilihat dari baik-buruknya. Jika perilaku manusia secara masal atau banyak disebut dengan politik. Dalam khasanah pesantren sangat banyak kitab-kitab yang membahas tentang akhlaq, mulai dari kitab...

#4 Badiu al-Hikayah-Kyai Zubaidi Hasbullah

Sumber; Pribadi Judul: Badi al-Hikayaah Pengarang: Zubaidi Hasbullah Penerbit: al-Munawwar Semarang Tebal: 98 Halaman Cetakan: 1967M/1387H Cerita adalah salah satu metode pembelajaran di dalam dunia pendidikan. Secara nalurian dan alam bawah sadar manusia senang mendengar cerita, apalagi bagi mereka anak-anak. Anak yang di dalam keluarganya dibesarkan dengan buaian cerita menjelang tidurnya atau sering diceritakan kisah-kisah oleh anggota keluarganya akan sangat membekas baginya di kemudian kelak. Hampir setiap peradaban memiliki tradisi bercerita, baik lisan maupun tulisan. Hal ini karena cerita merupakan refleksi dari kejadian-kejadian nyata yang dapat diambil pelajaran dan hikmah darinya. Pun demikian di dalam dunia Islam. Dunia Islam sangat erat dengan cerita-cerita. Hal ini dapat dilihat di dalam al-Qur’an sendiri sebagai sumber rujukan pertama agama islam yang banyak sekali memuat cerita-cerita. Di antara cerita yang dimaksud adalah cerita-cerita nabi terdahu...