Dulu, saat masih berada di usia anak ketika ada pesawat lewat serentak kami akan berteriak, "montor mabur kai duite," entahlah siapa teriakan ini yang memulai. Kalau tidak salah ingat ada tembangnya di kalangan anak-anak, tapi entahlah.
Suatu saat saya dikabari oleh orang tua, bahwa tanggal 20 Maret 2019 saya harus berangkat ke Malaysia guna menghadiri pernikahan adik kandung perempuan saya pada tanggal 23 dan 24-nya. Bukannya gembira saya malah mencari cara agar saya tidak ikut ke sana. Di dalam fikiran mulai muncul gambaran-gambaran mengerihkan saat naik pesawat, "kalau mesinnya mati bagaimana, kalau jatuh bagaimana, kalau terjadi apa-apa bagaimana,". Seperti inilah fikiran orang yang punya anxiety dan saya takut naik pesawat.
Saya mencari cara agar tetap tenang dan memantapkan hati. Perlahan pikiran horor itu akhirnya melunak, eh tapi malah takut karena hal lain. Fikiran saya menuntun akan suatu ingatan tentang berita yang pernag saya baca, bahwa ada seorang ibuk yang meninggal di kereta karena memiliki penyakit asma'. Kamu tahu saya pernah memiliki riwayat bronkitis. Entah bagaimana fikiran saya saat itu mengolah informasi bahwa asma dan bronkitis itu sama-sama penyakit paru-paru. Kereta dan pesawat itu sama-sama dingin, bahkan pesawat ditambah tekanan udara yang berkurang dan telinga itu terasa sangat sakit.
Untuk memantapkan sampai-sampai saya konsultasi kepada dokter spesialis dalam. Saat ditensi perawatnya tanya, "keluhannya apa?" saya jawab, "hanya mau konsultasi. Saat di dalam saya setangah dimarahi dan bercerita ketakutan saya. Beliaunya bilang tidak apa-apa.
Untuk tiketnya sudah dibelikan jauh-jauh hari. Satu orang hanya satu juta PP Semarang-Kuala Lumpur. Direkokke bersih sama pak lek untuk masalah tiket. Kebetulan beliau bakul tiket. Jadi tahu kapan tiket murah dan promo.
Tanggal 20 Maret kami berangkat enam orang; mbah, mak lik, sepupu, istri sepupu beserta anaknya, saya. Hanya itu yang bisa ikut, yang lain memiliki kesibukan yang tidak mungkin untuk ditinggalkan.
Sesampainya di bandara kami menukar tiket terlebih dahulu dengan boarding pass. Kemudian kami menunggu beberapa saat sebelum masuk ke terminal karena yang biasa nyetempel paspor belum buka. Setelah buka dan setempel lancar kami menunggu sampai pesawat datang.
Sumber; pribadi
Penampakan bandara Semarang yang baru. Nampak gunung ungaran yang syahdu itu dari kejauhan. Di sinilah kami menunggu sampai pesawat datang. Beberapa saat kemudian pesawat datang. Jam 10 terbang dan kalau tidak salah jam 12 kami sampai.
Selama penerbangan fikiran saya mblayang kemana-mana. Berharap cepat sampai. Saya paksakan tidur tidak bisa. Saya memandang ke arah bawah dari jendela isinya laut semua. Ya, selama penerbangan di bawah pesawat adalah laut. Jadi kalau-kalau jatuh ya di tengah laut. Fikiran-fikiran horor itu kembali menghampiri. Sebisa mungkin saya slimurkan fikiran ini agar tenang.
Saat pesawat terbang di atas daratan hati dan fikiran mulai tenang. Hal itu menunjukkan sebentar lagi sampai tujuan. Namun terkadang fikiran horor itu datang kembali dan lebih mendominasi.
Sumber; Pribadi
Alhamdulillah. Akhirnya sampai juga di bandara Kuala Lumpur 2 atau biasa disebut dengan KLIA2. Pesawat berhenti, ambil barang langsung menuju tempat stempel paspor. Alhamdulillah semuanya lancar jaya dan selamat datang di Malaysia.
Eh, tapi ada cerita menarik. mak lik saya sempat ditahan petugas imigrasi. Alasannya dikira TKW. Bisa difahami, Malaysia adalah salah satu negara tujuan para pekerja dari luar negeri yang terkadang mereka datang secara ilegal. Disana disebut dengan PATI, pendatang asing tanpa identitas. Di sini disebutnya dengan imigran gelap kalau tidak salah. Jadi pengawasan bagi pendatang asing lumayan ketat.
Ini terjadi karena mak lik saya tiketnya pisah, tidak masuk rombongan. Awalnya memang beliau mamang untuk ikut. Didesak akhirnya bersedia. Di sana ditahan lumayan lama. Beruntungnya istri sepupu saya belum keluar dan masih mengawaninya. Petugas imigrasi meminta uang tunjuk, dan mak lik saya tidak dapat menunjukkan karena memang semuanya dibayari yang mengundang. Kemudian minta tunjukkan undangannya, jika tidak harus dideportasi alias pulang lagi ke Semarang. Dhilalahe istri sepupu saya tidak menyimpan di HP. Karuan petugas imigrasi tambah curiga. Kami yang nunggu ketar-ketir. Dihubungi bolak-belek tidak kunjung bisa.
Entahlah, karena panik atau apa. Istri sepupu saya tidak kefikiran untuk menyalakan wifi-nya. Padahal wifi bandara bisa digunakan dan 24 jam. Jadilah ia nglegakke membeli kartu. Setelah kartu aktif barulah mengabari keadaan dan foto undangan dikirim. Setelah kasih tunjuk itu foto langsung stempel dan lolos. Sungguh mendebarkan.
Eh, tapi ada cerita menarik. mak lik saya sempat ditahan petugas imigrasi. Alasannya dikira TKW. Bisa difahami, Malaysia adalah salah satu negara tujuan para pekerja dari luar negeri yang terkadang mereka datang secara ilegal. Disana disebut dengan PATI, pendatang asing tanpa identitas. Di sini disebutnya dengan imigran gelap kalau tidak salah. Jadi pengawasan bagi pendatang asing lumayan ketat.
Ini terjadi karena mak lik saya tiketnya pisah, tidak masuk rombongan. Awalnya memang beliau mamang untuk ikut. Didesak akhirnya bersedia. Di sana ditahan lumayan lama. Beruntungnya istri sepupu saya belum keluar dan masih mengawaninya. Petugas imigrasi meminta uang tunjuk, dan mak lik saya tidak dapat menunjukkan karena memang semuanya dibayari yang mengundang. Kemudian minta tunjukkan undangannya, jika tidak harus dideportasi alias pulang lagi ke Semarang. Dhilalahe istri sepupu saya tidak menyimpan di HP. Karuan petugas imigrasi tambah curiga. Kami yang nunggu ketar-ketir. Dihubungi bolak-belek tidak kunjung bisa.
Entahlah, karena panik atau apa. Istri sepupu saya tidak kefikiran untuk menyalakan wifi-nya. Padahal wifi bandara bisa digunakan dan 24 jam. Jadilah ia nglegakke membeli kartu. Setelah kartu aktif barulah mengabari keadaan dan foto undangan dikirim. Setelah kasih tunjuk itu foto langsung stempel dan lolos. Sungguh mendebarkan.
Sumber; pribadi
Dari tatapannya nampak mbahe ketar-ketir kalau-kalau terjadi apa-apa dengan mak lik.
Sumber; pribadi
Sumber; pribadi
Yang menjemput pak lik yang sudah menjadi warga negara sana beserta istrinya. Beliau bos tempe di sana. Dan suguhan selama perjalananadalah arem-arem. Bagaimanapun manusia akan selalu terikat dengan asalnya. Karena di sanalah ia banyak mengukir kenangan.
Setelahnya langsung menuju Senai, Johor Bahru. Karena di sanalah lokasinya. Jarak Kuala Lumpur-Johor 306 km. Ini berdasar Google Map. Jarak yang hampir setara Semarang-Indramayu. Namun jarak tempuhnya lebih cepat karena memang jalan raya di sana sangat lencar. Lebar dan lebih sedikit kendaraan.
Sumber; pribadi
Menjelang magrib kami sampai tujuan, namun makan terlebih dahulu. Kami istrirahat di rumah makan Thailand. Rumah makan yang terkenal dengan makanan lautnya.
Setelah itu mampir di rumah pak lik sauntoro mandi dan rebahan sebentar. Selepas isya' menuju Senai. Rumah tujuan.
Sumber; pribadi
Bersambung.........
Komentar
Posting Komentar