"Kau harus memeriksa bagasi suamimu. Dia menyembunyikan sesuatu di sana."
Semua orang sepakat salah satu pencapaian yang diidamkan setiap manusia adalah keluarga yang utuh: ikatan yang sah, pasangan yang saling mengasihi dan saling menguatkan, anak yang menjadi alasan bagi orang tua untuk berjuang lebih kuat dalam menapaki kehidupan, karir yang cemerlang yang tidak setiap orang dapat menggapai, finansial yang melimpah, rasa hormat dan kagum orang-orang yang mengenal dan sekitar. Tersebut sudah pantas disebut sakinah, mawadah, wa rahmah dalam konsep Islam.
Satu di antara mereka yang dapat menggapai hal tersebut adalah Dr. Ji Sun Woo. Ya, Dr. Ji Sun Woo. Kurang apa coba dia sebagai seorang wanita, istri, dan ibu bagi putranya. Di usia muda sudah menjadi direktur rumah sakit. Dikagumi dan dihormati. Sudah pasti dibanggakan orang tua, bahkan keluarga besar. -Eh, yang mabuk didatangi dua polisi itu juga bukannya direktur ya. Maaf, saya kurang faham posisi-posisi perdirekturan.- Ia digambarkan perepuan cerdas dan berprestasi, nampak dari koleksi buku-bukunya yang mengagumkan dan beberapa lencana penghargaan yang menghiasi satu sudut ruangan. Ia nyaris sempurna sebagai wanita. Ia nampak puas, bahagis, dan bangga atas pencapaian dan keberadaannya saat ini.
Setidaknya itu yang ditampakkan dari luar. Gambaran yang kita lihat secara langsung di awal.
Sampai suatu hari tanpa sengaja Dr. Ji Sun Woo menemukan sehelai rambut di mantel suaminya yang ia pakai hari itu. Jelas itu bukan karakter rambutnya atau suaminya: panjang dan pirang kemerahan. Ia curiga. Hal yang wajar dan sangat naluriah sebagai seorang istri. Ketika laki-laki di posisi yang sama pasti akan memiliki perasaan dan fikiran yang sama, hanya saja dalam hal ini perempuan lebih kuat dan terlatih. Ya, dalam soal perasaan ia di atas segalanya.
Sontak Dr. Ji Sun Woo menjadi pribadi yang awalnya ceria menjadi pemurung, dan ketika diajak bicara seringnya mblayang dengan tatapan kosong. Setiap rambut pirang kemerahan sangat sensitif baginya. Ini semacam stimulus yang berulang dan rasanya sangat tidak nyaman dan sangat mengganggu. Melelahkan dan membekas.
Kecurigaannya bertambah kuat saat seseorang mengatakan jam 5 sore suaminya sudah pulang. Kenyatannya suaminya jam setengah 8 belum pulang, bahkan baru pulang saat Dr. Ji Sun Woo sudah tidur
Cerita selanjutnya berisi pencarian bukti tentang kecurigaannya. Sebagai perempuan ia tidak mau gegabah asal tuduh. Satu keunggulan wanita adalah sabar, telaten dan kecermatannya.
Beberapa usahanya belum membuahkan hasil. Di sini perasaan kita seperti diadug-adug. Saat tokoh utama hampir memergoki, eh ndilalah tidak jadi. Dan skema ini berulang beberapa kali. Sampai tokoh utama berkesimpulan: Oh, ini hanya perasaanku saja. Ya, sama seperti kita yang terkadang termakan oleh perasaan sendiri, tapi kita yakin apa yang kita rasakan benar adanya. Karena manusia dibekali untuk mempercayai perasannya masing-masing. Tidak ada yang salah.
Satu nama yang sangat ia curigai adalah salah satu pasiennya, istri Yeo Byung Gyu.
Sampai akhirnya pertemuan keduanya dengan Min Hyun Seo, salah seorang pasiennya membawa lampu hijau. Ia pasien dengan masalah psikologis, entah depresi atau cemas berlebih. Ia mengeluh mudah meledak dan susah tidur. Nampak ia adalah pribadi yang memendam pengalaman kurang menyenangkan di masa lalu, bahkan beberapa kejadian traumatis yang masih mengendap dan tak kunjung ia lepaskan. Saat itu ia ingin meminta obat tidur pada Dokter ji, yang ditolak karena melanggar kode etik. Seharusnya Min Hyun Seo mengunjungi Psikiater agar diberikan evaluasi. Ia menolak karena tidak mau memiliki catatan di sana. Di pertemuan kedua ini kesepakatan dibuat: Dokter ji bersedia memberikan resep obat tidur dengan syarat Min Hyun Seo membantunya menyelidiki suaminya.
Penyelidikannya membuahkan hasil, namun tidak tahu wanita itu siapa.Wajahnya tidak nampak. Min Hyun Seo hanya mengirim plat nomor mobil si wanita, yang ternyata dugaan Dokter ji selama ini benar. Plat nomer itu mengarah pada salah seorang pasiannya yang istri Yeo Byung Gyu.
Sesuai pesan Min Hyun Seo Dokter ji menyelidiki bagasi suaminya, setelah hampir putus asa tidak menemukan apa-apa ia membuka bagasi bagian dalam dan menemukan suatu tas. Di dalamnya terdapat ponsel yang berisi bukti perselingkuhan suaminya, Park Hae Joon. Namun wanita yang dimaksud bukan lah salah satu pasiennya yang istri Lee Kyung Young, namun anak perempuannya. Kau pasti tahu bagaimana perasaan Dokter ji seperti apa saat itu. Dadanya serasa sesak, nafasnya pendek, hatinya bak disayat sembilu. Ia hendak roboh dan air matanya tumpah. Yang membuat perasannya semakin jatuh adalah beberapa orang yang ia kenal ternyata mengetahui kelakuan suaminya. Kejahatan yang terorganisir dan sempurna.
Ia membetulkan kuda-kuda tubuh dan perasaannya. Gunting ia ambil dan beberjalan menuju suaminya seperti tidak terjadi apa-apa. Dan, bersambung.
Semua orang sepakat salah satu pencapaian yang diidamkan setiap manusia adalah keluarga yang utuh: ikatan yang sah, pasangan yang saling mengasihi dan saling menguatkan, anak yang menjadi alasan bagi orang tua untuk berjuang lebih kuat dalam menapaki kehidupan, karir yang cemerlang yang tidak setiap orang dapat menggapai, finansial yang melimpah, rasa hormat dan kagum orang-orang yang mengenal dan sekitar. Tersebut sudah pantas disebut sakinah, mawadah, wa rahmah dalam konsep Islam.
Satu di antara mereka yang dapat menggapai hal tersebut adalah Dr. Ji Sun Woo. Ya, Dr. Ji Sun Woo. Kurang apa coba dia sebagai seorang wanita, istri, dan ibu bagi putranya. Di usia muda sudah menjadi direktur rumah sakit. Dikagumi dan dihormati. Sudah pasti dibanggakan orang tua, bahkan keluarga besar. -Eh, yang mabuk didatangi dua polisi itu juga bukannya direktur ya. Maaf, saya kurang faham posisi-posisi perdirekturan.- Ia digambarkan perepuan cerdas dan berprestasi, nampak dari koleksi buku-bukunya yang mengagumkan dan beberapa lencana penghargaan yang menghiasi satu sudut ruangan. Ia nyaris sempurna sebagai wanita. Ia nampak puas, bahagis, dan bangga atas pencapaian dan keberadaannya saat ini.
Setidaknya itu yang ditampakkan dari luar. Gambaran yang kita lihat secara langsung di awal.
Sampai suatu hari tanpa sengaja Dr. Ji Sun Woo menemukan sehelai rambut di mantel suaminya yang ia pakai hari itu. Jelas itu bukan karakter rambutnya atau suaminya: panjang dan pirang kemerahan. Ia curiga. Hal yang wajar dan sangat naluriah sebagai seorang istri. Ketika laki-laki di posisi yang sama pasti akan memiliki perasaan dan fikiran yang sama, hanya saja dalam hal ini perempuan lebih kuat dan terlatih. Ya, dalam soal perasaan ia di atas segalanya.
Sontak Dr. Ji Sun Woo menjadi pribadi yang awalnya ceria menjadi pemurung, dan ketika diajak bicara seringnya mblayang dengan tatapan kosong. Setiap rambut pirang kemerahan sangat sensitif baginya. Ini semacam stimulus yang berulang dan rasanya sangat tidak nyaman dan sangat mengganggu. Melelahkan dan membekas.
Kecurigaannya bertambah kuat saat seseorang mengatakan jam 5 sore suaminya sudah pulang. Kenyatannya suaminya jam setengah 8 belum pulang, bahkan baru pulang saat Dr. Ji Sun Woo sudah tidur
Cerita selanjutnya berisi pencarian bukti tentang kecurigaannya. Sebagai perempuan ia tidak mau gegabah asal tuduh. Satu keunggulan wanita adalah sabar, telaten dan kecermatannya.
Beberapa usahanya belum membuahkan hasil. Di sini perasaan kita seperti diadug-adug. Saat tokoh utama hampir memergoki, eh ndilalah tidak jadi. Dan skema ini berulang beberapa kali. Sampai tokoh utama berkesimpulan: Oh, ini hanya perasaanku saja. Ya, sama seperti kita yang terkadang termakan oleh perasaan sendiri, tapi kita yakin apa yang kita rasakan benar adanya. Karena manusia dibekali untuk mempercayai perasannya masing-masing. Tidak ada yang salah.
Satu nama yang sangat ia curigai adalah salah satu pasiennya, istri Yeo Byung Gyu.
Sampai akhirnya pertemuan keduanya dengan Min Hyun Seo, salah seorang pasiennya membawa lampu hijau. Ia pasien dengan masalah psikologis, entah depresi atau cemas berlebih. Ia mengeluh mudah meledak dan susah tidur. Nampak ia adalah pribadi yang memendam pengalaman kurang menyenangkan di masa lalu, bahkan beberapa kejadian traumatis yang masih mengendap dan tak kunjung ia lepaskan. Saat itu ia ingin meminta obat tidur pada Dokter ji, yang ditolak karena melanggar kode etik. Seharusnya Min Hyun Seo mengunjungi Psikiater agar diberikan evaluasi. Ia menolak karena tidak mau memiliki catatan di sana. Di pertemuan kedua ini kesepakatan dibuat: Dokter ji bersedia memberikan resep obat tidur dengan syarat Min Hyun Seo membantunya menyelidiki suaminya.
Penyelidikannya membuahkan hasil, namun tidak tahu wanita itu siapa.Wajahnya tidak nampak. Min Hyun Seo hanya mengirim plat nomor mobil si wanita, yang ternyata dugaan Dokter ji selama ini benar. Plat nomer itu mengarah pada salah seorang pasiannya yang istri Yeo Byung Gyu.
Sesuai pesan Min Hyun Seo Dokter ji menyelidiki bagasi suaminya, setelah hampir putus asa tidak menemukan apa-apa ia membuka bagasi bagian dalam dan menemukan suatu tas. Di dalamnya terdapat ponsel yang berisi bukti perselingkuhan suaminya, Park Hae Joon. Namun wanita yang dimaksud bukan lah salah satu pasiennya yang istri Lee Kyung Young, namun anak perempuannya. Kau pasti tahu bagaimana perasaan Dokter ji seperti apa saat itu. Dadanya serasa sesak, nafasnya pendek, hatinya bak disayat sembilu. Ia hendak roboh dan air matanya tumpah. Yang membuat perasannya semakin jatuh adalah beberapa orang yang ia kenal ternyata mengetahui kelakuan suaminya. Kejahatan yang terorganisir dan sempurna.
Ia membetulkan kuda-kuda tubuh dan perasaannya. Gunting ia ambil dan beberjalan menuju suaminya seperti tidak terjadi apa-apa. Dan, bersambung.
Komentar
Posting Komentar