Saya berusaha memutar waktu ke masa lalu, walau hanya sebatas dalam angan-angan. Lembaran demi lembaran terbuka satu persatu, kenangan itu mulai nampak walau terkesan samar-samar. Memori itu tertindih kenangan-kenangan lain yang berserakan, sehingga butuh usaha lebih untuk memungutnya. Menjelang lulus sekolah dasar pondok bukanlah hal yang saya fikirkan waktu itu. Seusia tersebut pilihan-pilihan termasuk pendidikan masih manut orang yang merawat saya. Jika dipilihkan melanjutkan sekolah di dekat rumah ya ikut saja, kalau dipilihkan yang lumayan jauh ya ngikut juga. Namun, pilihan itu ternyata jatuh di pesantren. Ya, saya akan dipondokkan selepas lulus dan saya tidak bisa menolak. Pilihannya jatuh di pondok pesantren putra-putri Al-Munawwir Gringsing, Batang. Alasannya pragmatis saja, mbah, yang memondokkan saya adalah salah seorang jama’ah pengajian pendak ahad di majlis pondok pesantren tersebut. Pengajian orang-orang sepuh yang sudah ada semenjak jaman mbah Munawwir seba...